Kamis, 25 Oktober 2018

Resume Sistem Keamanan Tek. Informasi Bab X, XI, XII

SISTEM KEAMANAN TEK. INFORMASI*
 TUGAS 4
 MEMBUAT RESUME BAB X, XI, XII


Nama : Shinta Larasati
NPM : 16115551
Kelas : 4KA23
     Dosen : Kurniawan B. Prianto, S.Kom.SH.MM

Kamis, 18 Oktober 2018

Audit Teknologi Sistem Informasi

TUGAS SOFTSKILL (Kelompok 1)

AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI


SHINTA LARASATI
16115551
4KA23



BAB 1

PENDAHULUAN


1.         Audit Teknologi Sistem Informasi
1.1       Pengertian Audit
Menurut Arens dan Loebbecke diterjemahkan oleh Jusuf, A. A (1997,  p. 1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi  yang  dapat  diukur  mengenai  suatu  entitas  ekonomi  yang  dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Agoes, S. (1996,   p. 1),auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa auditng adalah proses sistematik untuk mengumpulkan  dan  mengevaluasi  informasi  mengenai  kejadian  dan  kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan.

1.2 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Mukhtar (1999, p.3), sistem informasi diartikan sebagai suatu pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, memasukkan, memproses, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan suatu kesatuan komponen yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan melaporkan informasi kepada pengguna untuk pencapaian tujuan perusahaan.

1.3 Pengertian Audit Sistem Informasi
Menurut   Weber   (1999,   p.10),   audit   sistem   informasi   adalah   proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat melindungi aset, memelihara integritas data, memungkinkan tujuan organisasi untuk dicapai secara efektif dan menggunakan  sumber daya secara efisien.
Menurut Gondodiyoto (2003, p.151), audit sistem informasi merupakan suatu pengevaluasian  untuk  mengetahui  bagaimana  tingkat  kesesuaian  antara  aplikasi Sistem informasi dengan prosedur yang telah ditetapkan dan mengetahui apakah suatu sistem informasi telah didesain dan diimplementasikan secara efektif, efisien, dan   ekonomis,   memiliki   mekanisme   pengamanan   aset   yang   memadai,   serta menjamin integritas data yang memadai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa audit sistem informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti audit untuk mengetahui apakah sistem informasi yang berbasis komputer dapat melindungi aset perusahaan, menjaga integritas data dan mendukung tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

1.4  Tipe Prosedur Audit
Menurut Weber, tipe prosedur audit meliputi:
1.  Prosedur untuk mendapatkan pemahaman dari pengendalian
Penyelidikan, inspeksi dan pengamatan dapat digunakan untuk memperoleh pengertian apakah pengendalian telah tersedia, seberapa baik pengendalian tersebut dirancang apakah pengendalian tersebut digunakan.
2.  Tes pada pengendalian
Dengan cara yang dilakukan sebelumnya maka dapat diketahui apakah prosedur berjalan secara efektif.
3.  Tes subtantif pada rincian transaksi
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah transaksi telah dibukukan dengan benar.
4.  Tes subtantif pada rincian dari neraca akuntansi
Tes ini memusatkan perhatian pada saldo akhir buku besar pada neraca dan rugi laba.
5.  Prosedur analisis untuk pengecekan kembali
Tes ini memusatkan perhatian pada hubungan antara data dengan tujuan audit.

Menurut Weber, ruang lingkup audit sistem informasi terdiri dari :
1.  Pengendalian Umum
Pengendalian yang berlaku umum ini artinya ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pengendalian tersebut, berlaku untuk seluruh kegiatan komputerisasi di perusahaan tersebut. Apabila pengendalian ini tidak dilakukan, ataupun pengendaliannya lemah, maka dapat berakibat negatif terhadap aplikasi. Pengendalian umum terdiri dari:
a) Pengendalian top manajemen (Top management control).
Pengendalian top management berfungsi untuk mengontrol peranan manajemen dalam perencanaan kepemimpinan dan pengawasan fungsi sistem. Top management bertanggung jawab terutama pada keputusan jangka panjang.
b) Pengendalian  manajemen  pengembangan  sistem  (System  development management control).
Pengendalian  manajemen  pengembangan  sistem  berfungsi  untuk mengontrol alternatif dari model proses pengembangan sistem informasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengumpulan dan pengevaluasian bukti. Manajemen pengembang sistem bertanggung jawab untuk perancangan, pengimplementasian dan pemeliharaan sistem aplikasi.
c) Pengendalian   manajemen   sumber   data   (Data   resource   management control).
Pengendalian manajemen sumber data berfungsi untuk mengontrol peranan dan fungsi dari data administrator atau database administrator. Manajemen sumber data bertanggung jawab untuk perancangan, perencanaan dan persoalan pengendalian dalam hubungannya dengan pengguna data organisasi. 
d) Pengendalian manajemen keamanan (Security administration management control).
Pengendalian manajemen keamanan mempunyai tugas untuk mengontrol fungsi utama dari security administrator dalam mengidentifikasi ancaman utama terhadap fungsi sistem informasi dan perancangan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan terhadap pengontrolan yang dapat mengurangi kemungkinan kehilangan dari ancaman ini sampai tingkat yang dapat diterima.
e)  Pengendalian manajemen operasi (Operation management control).
Pengendalian manajemen operasi berfungsi untuk meyakinkan bahwa pengoperasian  sehari-hari  dari  fungsi  sistem  informasi  diawasi  dengan baik.
f)  Pengendalian manajemen jaminan kualitas (Quality assurance management control).
Pengendalian manajemen jaminan kualitas bertugas untuk meyakinkan bahwa pengembangan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem informasi sesuai standar kualitas.

2.  Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah pengendalian intern dalam sistem yang terkomputerisasi pada aplikasi komputer tertentu sudah memadai untuk memberikan jaminan bahwa data dicatat, diolah, dan dilaporkan secara akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan kebutuhan manajemen. Pengendalian aplikasi dapat berupa:
·Boundary Controls
Pengendalian batas-batas sistem aplikasi (boundary Controls) ialah bahwa dalam suatu sistem aplikasi komputer perlu jelas desainnya.

            3. Pengendalian Input
Menurut Weber (1999, p.417-456), komponen dalam subsistem input bertanggung jawab dalam membawa baik data maupun instruksi ke dalam sistem aplikasi. Kedua tipe input harus disahkan, dan kesalahan-kesalahan yang terdeteksi harus dikontrol supaya input akurat, lengkap, unik, dan tepat waktu.

4. Pengendalian proses
Pengandalian proses adalah pengendalian intern untuk mendeteksi jangan sampai data (khususnya data yang sudah valid) menjadi error karena adanya kesalahan proses. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya error antara lain: kesalahan rumus, kesalahan logika program, dan kesalahan teknis lainnya.

5.  Pengendalian output
Pengendalian output menurut Weber (1999, p.612-645) adalah pengendalian yang menyediakan fungsi-fungsi yang dikelompokkan dalam isi dari data yang akan disediakan, alur data yang akan diperbaiki dan disajikan untuk user. Sehingga pada kesimpulannya pengendalian ini digunakan untuk memastikan   bahwa data yang diproses tidak mengalami perubahan yang tidak sah oleh personil operasi komputer  dan  memastikan  bahwa  hanya  pihak  yang  berwenang  saja  yang menerima output yang dihasilkan.

6. Communication control
Mengontrol  pendistribusian  pembukaan  komunikasi  subsistem,  komponen fisik, kesalahan jalur komunikasi, aliran dan hubungan, pengendalian topologi, pengendalian akses hubungan,    pengendalian atas ancaman    subversive, pengendalian jaringan, pengendalian arsitektur komunikasi.
  


BAB 2
TEORI PENGENDALIAN INTERNAL


2.1       Konsep Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah pengendalian dalam suatu organisasi bertujuan untuk menjaga aset perusahaan, pemenuhan terhadap kebijakan dan prosedur, kehandalan dalam proses, dan operasi yang efisien.
Pengendalian internal harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, pencurian dan penyelewengan. Di perusahaan kecil, pengendalian masih dapat di lakukan langsung oleh pemimpin perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas- tugas yang harus dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pemimpin perusahaan tidak mungkin  lagi  melakukan  pengendalian  langsung,  maka  dibutuhkan  suatu  pengendalian internal yang dapat memberikan keyakinan kepada pemimpin bahwa tujuan perusahaan telah tercapai. Menurut Hery (2015:159), Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.
2.2  Tujuan
Tujuan disusunnya system control atau pengendalian internal komputer adalah sebagai berikut:
-  Meningkatkan pengamanan (improve safeuard) aset sistem informasi (data/catatan akuntansi yang bersifat logical assets maupun physical assets seperti hardware, infrastuctures, dan sebagainya).
-    Meningkatkan integritas data (improve data integrity), sehingga dengan data yang benar dan konsisten akan dapat dibuat laporan yang benar.
-     Meningkatkan efektifitas sistem.
-     Meningkatkan efisiensi sistem.

2.3  Penggolongan Pengendalian Internal
Pengendalian internal harus diterapkan terhadap setiap sistem dan aplikasi,hal ini dilakukan untuk mnegurangi exposure yang selalu muncul pada pencatatan yang buruk,akutansi yang tidak tepat, interupsi bisnis, pengambilan keputusan yang buruk, penipuan dan penggelapan, pelanggaran hukum terhadap peraturan, penigkatan biaya dan hilangnya aset perusahaan.
Oleh sebab itu manajemen harus menyadari pentingnya pengendalian untuk menjaga sistem dari penggunaan secara tidak tepat, untuk mengurangi timbulnya kesalahan dan untuk memaksimalkan hasil dari sistem operasi. Pengendalian ini digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1. General Conntrols (Pengendalian Umum).
2. Application Controls (Pengendalian Aplikasi).

2.4  Komponen Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal yang paling banyak diterima di A.S. dikeluarkan oleh Committee Of Sponsoring Organizations(COSO). Komponen pengendalian internal COSO Arens (2014:320), sebagai berikut : 
a.  Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian internal terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur menggambarkan keseluruhan sikap manajemen, direksi, dan pemilik dari suatu entitas atas pengendalian internal dan pentingnya pengendalian internal tersebut terhadap entitas. Untuk memahami  dan  menilai  lingkungan  pengendalian,  beberapa elemen penting di  antaranya yaitu:
-          Integritas dan Nilai Etika
-          Komitmen Terhadap Kompetensi
-          Partisipasi Dewan Direksi dan Komisaris atau Komite Audit
-          Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
-          Struktur Organisasi
-          Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia.

b. Penilaian Resiko
Menilai resiko merupakan komponen kedua dari pengendalian internal. Penilaian resiko  merupakan  kegiatan  yang dilakukan  oleh  manajemen  dalam  mengidentifikasi  dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan.
c.  Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur. Kemungkinan terdapat banyak aktivitas pengendalian pada setiap entitas, termasuk pengendalian secara manual dan pengendalian secara otomatis. Aktivitas pengendalian tersebut umumnya termasuk kedalam salah satu dari kelima jenis aktivitas berikut:
-          Pemisahan tugas yang memadai
-          Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas
-          Dokumen dan catatan yang memadai
-          Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan
-          Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen.

d. Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas aset-aset yang terkait.

e. Pengawasan
Aktivitas pengawasan berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau penilaian berkala atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai dengan tujuannya dan dimodifikasi jika diperlukan terjadi perubahan kondisi.



BAB 3
STUDI KASUS & ANALISIS


3.1       Kasus
            Persediaan adalah aset tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015:14). Permasalahan yang sering terjadi pada persediaan di Paragon Mart  antara lain adalah: (1) Resiko keterlambatan barang datang dengan barang yang akan dijual, karena waktu yang diperlukan untuk barang dagangan sampai di Paragon Mart membutuhkan waktu sekitar tiga minggu, dengan menggunakan angkutan laut (kapal),   (2) Resiko kerusakan barang, yang biasanya  terjadi  pada  barang  berupa  food  yang  memiliki  tanggal  kadaluarsanya  dan  (3) Resiko kesalahan pencatatan yang diakibatkan oleh kelalaian dari SDM. Jenis persediaan barang dagang yang tersedia pada Supermarket Paragon Mart ada dua yaitu: food dan non food.

3.2       Hasil Analisis
3.2.1    Pada Lingkungan Pengendalian
Integritas  dan  nilai  etika  pada  Paragon  Mart  telaberjalan dengan efektif, karena karyawannya sudah mematuhi setiap aturan di Paragon Mart dan berperilaku sopan terhadap pelanggan serta jujur terhadap apa yang dikerjakan.  Komitmen terhadap kompetensi yang diterapkan pada Paragon Mart  telah berjalan dengan efektif karena setiap karyawan baru pada Paragon Mart telah  melakukan pelatihan selama 1 minggu. Paragon  Mart  tidak  memiliki Partisipasi Dewan Direksi dan Komisaris atau Komite Audit, karena Paragon Mart hanya memiliki satu cabang, dan Paragon Mart bukan perusahaan yang besar,  jadi tidak diperlukan dewan direksi atau komite audit. Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi pada Paragon Mart sudah baik, karena seluruh keputusan dan kebijakan berada pada owner perusahaan atau dalam hal ini owner merupakan pusat (sentral) untuk pengambilan keputusan di Paragon Mart. Struktur organisasi pada Paragon Mart masih memiliki kekurangan, karena tidak memiliki bagian akuntansi untuk melaksanakan pencatatan dan pembuatan laporan keuangan karena hal itu dilakukan sendiri oleh pemilik Paragon Mart. Kebijakan  dan  praktik  sumber  daya  manusia  pada  Paragon  Mart  sudah efektif, karena pada perekrutan karyawan  terdapat syarat-syarat tertentu dalam perekrutan.

3.2.2    Pada Penilaian Resiko
Penilaian resiko pada persediaan barang dagang di Paragon Mart sudah berjalan dengan baik, karena  menggunakan metode pencatatan periodik dan tetap  mengutamakan kepuasan pelanggan serta mempertahankan kualitas barang dagangan.

3.3.3    Pada Aktivitas Pengendalian
Pemisahan tugas pada Paragon Mart belum efektif, karena yang mencatat  barang dan menyimpan barang di gudang  dilakukan oleh bagian yang sama. Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas pada Paragon Mart telah diterapkan dengan efektif, karena setiap aktivitas dan transaksi yang dilakukan di Paragon Mart telah dikendalikan oleh pihak yang berwenang. Dokumen dan catatan pada Paragon Mart sudah efektif, karena setiap transaksi yang dilakukan sudah dicatat secara detail agar tidak terjadi kecurangan atau penyelewengan. Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan pada Paragon Mart sudah efektif, karena adanya pengecekan barang dagangan oleh bagian gudang setiap bulannya. Aktivitas pengecekan pekerjaan pada Paragon Mart sudah efektif, karena pemilik selalu melakukan pengecekan terhadap persediaan barang dagangan maupun semua catatan-catatan yang berkaitan dengan aset perusahaan.

3.3.4    Pada Informasi dan Komunikasi
Sistem  informasi  dan  komunikasi pada Paragon  Mart  sudah efektif, karena penyusunan prosedur pada Paragon Mart sudah jelas seperti dalam prosedur   pengawasan   persediaan   barang   dagangan  yang   melibatkan   beberapa dokumen yang diperlukan secara lengkap yang telah dikendalikan oleh pihak yang berwenang.

3.3.5    Pada Pengawasan
Pengawasan  pada Paragon Mart sudah cukup baik, karena pemilik mengawasi dan memantau langsung setiap aktivitas yang terjadi di Paragon Mart.


Sumber :

[1]   Angelina Klesia Kalendesang, Linda Lambey, Novi S.Budiarso. 2017. Perancangan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang Pada Supermarket Paragon Mart Tahuna. Jurnal. Manando: Universitas Sam Ratulangi. Vol. 12 No.2: 131-139.

[2]  http://wsilfi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/43472/AUDIT-Sistem-Informasi.pdf

[3]  http://audit-si-untag.blogspot.com/2015/04/audit-sistem-informasi.html

[4]  https://anzdoc.com/queue/bab-2-landasan-teori-auditing-adalah-proses-pengumpulan-dan-.html




TUGAS SOFTSKIL (INDIVIDU)

AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI


SHINTA LARASATI

16115551

4KA23



Standar Audit Sistem Informasi


            Sebuah proses sitematis untuk secara objektifmendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan perihal tindakan dan transaksi bernilai ekonomi, untuk memastikan tingkat kesesuaianantara pernyataan tersebut denngan kriteria yanng telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hsil-hasilnya pada para pemakai yang berkepentingan.
         Tujuan Audit internal:Untuk mengevaluasi kecukupan dan efektivitassistem pengendalian intern perusahaan sertamenetapkan keluasan dari pelaksanaan tanggung jawab yang benar-benar dilakukan.
        Standar Audit SI tidak lepas dari standar professional seorang auditor SI. Standar professional adalah ukuran mutu pelaksanaan kegiatan profesi yang menjadi pedoman bagi para anggota profesi dalam menjalankan tanggungjawab profesinya. Standar profesional adalah batasan kemampuan (knowledge, technical skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seseorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang aturan-aturannya dibuat oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

Disini saya akan membahas 3 standar audit sistem informasi seperti ISACA, COSO, ISO, berikut penjelasannya :

1.         ISACA
            suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di bidang tata kelola teknologi informasi.
        ISACA telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar, profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih dari 60 negara, termasuk di Indonesia.
Sifat khusus audit sistem informasi, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan audit SI memerlukan standar yang berlaku secara global. ISACA berperan untuk memberikan informasi untuk mendukung kebutuhan pengetahuan.

2.          COSO
              The Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s (COSO) dibentuk pada tahun 1985 sebagai alinasi dari 5 (lima) organisasi professional. Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting Association, American Instititue of Certified Public Accountants, Financial Executives International, Instititute of Management Accountants, dan The Institute of Internal Auditors. Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud.

                Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya, dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan menganalisa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi. Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:
  • Lingkungan pengendalian.
  • Penilaian resiko
  • Aktifitas pengendalian
  • Informasi dan komunikasi
  • Pemantauan
3.        ISO 1799
       Menghadirkan sebuah standar untuk sistem manajemen keamanan informasi yang meliputi dokumen kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung jawab menyediakan semua pemakai dengan pendidikan dan pelatihan di dalam keamanan informasi, mengembangkan suatu sistem untuk laporan peristiwa keamanan, memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis, mengikuti kebutuhan untuk pelindungan data, dan menetapkan prosedur untuk mentaati kebijakan keamanan.

       
SUMBER

[1] Heru Nugroho. Audit SI. Telkom University

[2] http://dwifarhanug.blogspot.com/2017/10/standar-dan-panduan-audit-sistem_19.html









Resume Sistem Keamanan Tek. Informasi Bab VII, VIII, IX

SISTEM KEAMANAN TEK. INFORMASI*
 TUGAS 3
 MEMBUAT RESUME BAB VII, VIII, IX


Nama : Shinta Larasati
NPM : 16115551
Kelas : 4KA23
     Dosen : Kurniawan B. Prianto, S.Kom.SH.MM