Pengertian, Definisi, Macam-Macam, dan Metode Inferensi
1.1.Pengertian Inferensi
-
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal
kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap
benar.Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid
inference dipelajari dalam bidang logika .
-
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan
dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan
implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang
ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Kedua istilah ini tidak terlepas dalam percakapan atau
tindak tutur dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu, kita perlu memahami kedua
istilah ini lebih mendalam.alam
membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna
tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur). Inferensi memiliki dua jenis yaitu referensi lansung dan
referensi tak lansung.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik
kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif ; kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem
inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. inferensi statistik
memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
1.2. Definisi Inferensi
Proses di mana kesimpulan disimpulkan dari pengamatan beberapa disebut penalaran induktif . Kesimpulannya mungkin benar atau salah, atau benar dalam tingkat
tertentu akurasi, atau yang benar dalam situasi tertentu. Kesimpulan
disimpulkan dari pengamatan beberapa dapat diuji oleh pengamatan tambahan.
Sebuah
pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur
selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk
sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan
pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar
(pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses
yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang
apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis
(pembicara).
Inferensi
atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara
karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan
jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan
salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi
lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau
pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan
yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut
untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
1.3 Macam-Macam Inferensi
1.
Inferensi Langsung
Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan
untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
Bu, besok
temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju
baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka
inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun
temanya.
2.
Inferensi Tak Langsung
Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A:Anak-anak
begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
1.4 Metode Inferensi
I.
TREES. LATTICE dan GRAPH
Tree (pohon) adalah suatu hierarki
struktur yang terdiri dari Node
(simpul/veteks) yang menyimpan informasi atau pengetahuan dan cabang (link/edge)
yang menghubungkan node. Binary tree mempunyai 0,1 atau 2 cabang per-node.
o
Node tertinggi disebut root
o
Node terendah disebut daun
Tree
merupakan tipe khusus dari jaringan semantic, yang setiap nodenya kecuali akar,
mempunyai satu node orang tua dan mempunyai nol atau lebih node anak. Tree
adalah kasus khusus dalam Graph. Graph dapat mempunyai nol atau lebih link di
antara node dan tidak ada perbedaan antara orangtua dan anak.
Dalam
graph, link dapat ditunjukkan berupa panah atau arah yang memadukan node dan
bobot yang merupakan karakteristik beberapa aspek dari link.
II.
SPASI STATA dan SPASI PERMASALAHAN
State adalah kumpulan karakteristik yg dapat digunakan untuk
menentukan status. State Space adalah rangkaian pernyataan yg menunjukkan
transisi antara state dimana objek dieksprerimen.
III.
AND-OR TREE dan GOALS
Dalam SP, untuk menemukan solusi
problem dapat menggunakan rangkaian backward yaitu dengan tree AND-OR dan
AND-OR-NOT
-
Banyak tipe system pakar menggunakan
backward chaining untuk mendapatkan
solusi dari permasalahan.
-
Salah satu tipe dari tree atau
lattice yang digunakan dalam masalah representasi backward chaining adalah Pohon AND-OR.
IV. LOGIKA
DEDUKTIF DAN SYLLOGISMS
Tipe-tipe Inferensi :
a. Deduction
Pemberian
alasan logikal dimana kesimpulan harus mengikuti premis
b. Induction
Inferensi
dari khusus ke umum
c. Intuition
Tidak ada teori yg
menjamin. Jawabannya hanya muncul, mungkin dengan penentuan pola yg ada secara
tidak disadari.
d. Heuristic
Aturan
yg didasarkan pada pengalaman
e. Generate & Test
Trial
dan error. Digunakan dgn perencanaan.
f. Abduction
Pemberian
alasan kembali dari kesimpulan yg benar ke premis .
g. Default
Diasumsikan
pengetahuan umum sebagai default
h. Autoepistemic
Self-knowledge
i. Nonmonotonic
Pengetahuan
yg sebelumnya mungkin tdk benar jika bukti baru didapatkan
j. Analogy
Kesimpulan
yg berdasarkan pada persamaan untuk situasi yg lainnya.
Penalaran
deduktif umumnya terdiri dari tiga bagian : premis mayor, premis minor
dan konklusi. Premis disebut juga antecedent. Konklusi/kesimpulan disebut juga consequent. Silogisme dapat direpresentasikan ke
dalam bentuk aturan JIKA…..MAKA….. (IF…THEN…..),
Silogisme klasik disebut categoricall
syllogism (silogisme yang pasti). Premis dan konklusi didefinisikan
sebagai statement yang pasti dari empat bentuk berikut :
Bentuk
|
Skema
|
Arti
|
A
|
Semua S adalah P
|
Universal Afirmative
|
E
|
Tidak S adalah P
|
Universal Negative
|
I
|
Beberapa S adalah P
|
Particular Afirmative
|
O
|
Beberapa S bukan P
|
ParticularNegative
|
Subjek dari konklusi S disebut
bagian minor bila predikat konklusi P adalah bagian mayor. Premis terdiri dari
premis mayor dan premis minor.
V. ATURAN DARI INFERENSI
Diagram Venn tidak sesuai untuk
argumen yang lebih kompleks karena sulit dibaca pada decision tree untuk
silogisme. ogika proposisi memberikan pengertian lain dari penggambaran
argumen.
VI.
LOGIKA PEMBATASAN DARI PROPORSIONAL
Perhatikan
bahwa tidak ada hubungan di dalam premises atau kesimpulan sehingga setiap
premises dan setiap kesimpulan harus mempunyai variable logical yang berbeda.
Juga , logika preposisional tidak mempunyai provisi untuk quantifier sehingga
tidak ada cara untuk menunjukkan
quantifier “semua“ di dalam premise pertama. Satu-satunya representasi argument
ini di dalam logoka proporsional adalah di atas dari tiga variable yang bebas.
Untuk menentukan argument tersebut
valid, perhatikan table kebenaran dari tiga variable bebas untuk keseluruhan
kemungkinan kombinasi dari T dan F yang ditunjukkan dalam table berikut :
Tabel Kebenaran untuk skema p,q;
p
|
q
|
r
|
T
T
T
T
F
F
F
F
|
T
T
F
F
T
T
F
F
|
T
F
T
F
T
F
T
F
|
Baris kedua dari table benar ini menunjukkan argumen untuk
tidak valid karena premises benar sementara kesimpulan salah.
Validitas dari argumen ini harus
“tidak” diinteprestasikan seperti arti kesimpulan yang tidak benar. Seseorang
akan menentukannya sebagai argumen yang benar, Ketidak-valid-an sederhana
berarti bahwa “argument tidak dapat dibuktikan dibawah logika proporsional”.
Misalnya, kita akan memberi atribut pada beberapa arti “semua” dan
mempertimbangkan “men” sebagai bentuk jaman dari “man”. Namun demikian,
syllogism dan kalkulus proporsional tidak memungkinkan struktur preposisi
internal untuk diuji. Batasan ini dibatasi oleh logika predikat dan argumen
valid di bawah logika predikat. Kenyataannya, seluruh logika syllogistic merupakan subset yang valid dari order
pertama logika predikat dana dapat dibuktikan dengan valid dibawahnya.
VII.
LOGIKA PREDIKAT ORDER PERTAMA KALI
Representasi 4 kategori silogisme
menggunakan logika predikat
Bentuk
|
Skema
|
Representasi
Predikat
|
A
|
Semua S adalah P
|
("x) (S(x)Ã P(x))
|
E
|
Tidak S adalah P
|
("x) (S(x)Ã ~P(x))
|
I
|
Beberapa S adalah P
|
($x) (S(x)Ã P(x))
|
O
|
Beberapa S bukan P
|
($x) (S(x)Ã ~P(x))
|
Kaidah Universal Instatiation
merupakan state dasar, dimana suatu individual dapat digantikan (disubsitusi)
ke dalam sifat universal.
VIII.
SISTEM LOGIKA
Sistem logika adalah kumpulan objek
seperti kaidah (rule), aksioma, statement dan lainnya yang diatur dalam cara
yang konsisten.
Sistem logika mempunyai beberapa
tujuan :
1. Menentukan bentuk argumen.
Awalnya argumen logika tidak memiliki
arti dalam semantic sense, bentuk yang valid pada dasarnya dapat dicapai jika
validitas dari argumen tersebut dapat ditentukan.
Fungsi terpenting dari logika sistem
adalah menentukan well formed formulas
(wffs) dari argumen yang digunakan.
2. Menunjukkan kaidah inferensi yang
valid.
3. Mengembangkan dirinya sendiri dengan
menemukan kaidah baru inferensi dan memperluas jangkauan argumen yang dapat
dibuktikan.
IX.
SHALLOW DAN CASUAL REASONING
Sistem
pakar menggunakan rantai inferensi, dimana rantai
yang panjang merepresentasikan lebih banyak causal atau pengetahuan yang mendalam. Sedangkan shallow umumnya menggunakan kaidah
tunggal atau inferensi yang sedikit.
Kualitas
inferensi juga faktor utama dalam penentuan kedalaman dan pendangkalan dari
penalaran. Shallow knowledge disebut
juga experiment knowledge.
Pada
penalaran shallow, tidak ada atau hanya terdapat sedikit pemahaman dari subjek,
dikarenakan tidak ada atau hanya terdapat sedikit rantai inferensi.
Keuntungan dari penalaran shallow :
- Kemudahan
dalam pemograman, yang berarti waktu pengembangan program menjadi singkat,
- Program
menjadi lebih kecil,
- Lebih
cepat
- Biaya
pengembangan menjadi murah.
X.
RANGKAIAN FORWARD DAN BACKWARD
Chain (rantai) : perkalian inferensi
yang menghubung-kan suatu permasalahan dengan solusinya.
Forward chaining :
- Suatu rantai yang dicari atau
dilewati/dilintasi dari suatu permasalahan untuk memperoleh solusi.
-
Penalaran dari fakta menuju konklusi
yang terdapat dari fakta.
Backward chaining :
-
Suatu rantai yang dilintasi dari
suatu hipotesa kembali ke fakta yang mendukung hipotesa tersebut.
-
Tujuan yang dapat dipenuhi dengan
pemenuhan sub tujuannya.
Karakteristik Forward dan Backward chaining
Forward chaining
|
Backward chaining
|
Perencanaan, monitoring, kontrol
|
Diagnosis
|
Disajkan untuk masa depan
|
Disajikan untuk masa lalu
|
Antecedent ke konsekuen
|
Konsekuen ke antecedent
|
Data memandu, penalaran dari bawah
ke atas
|
Tujuan memandu, penalaran dari
atas ke bawah
|
Bekerja ke depan untuk mendapatkan
solusi apa yang mengikuti fakta
|
Bekerja ke belakang untuk
mendapatkan fakta yang mendukung hipotesis
|
Breadth first search dimudahkan
|
Depth first search dimudahkan
|
Antecedent menentukan pencarian
|
Konsekuen menentukan pencarian
|
Penjelasan tidak difasilitasi
|
Sumber :
- Pengantar Sistem Berbasis Pengetahuan, Seri Diktat Kuliah, PenerbitGunadarma
-
mufidnilmada.staff.gunadarma.ac.id